Ingatkah kau sahabat ? “laki-laki tak pernah ingkar janji”
- Reza Yoga (2012) -
Ia Bernama Tekad. Nama yang unik
bagi saya, nama belakangnya tidak kalah asik : Urip. Jika dirangkai menjadi
Tekad Urip. Dalam Bahasa Jawa, berarti Tekad Hidup. Ia adalah salah satu
sahabat terbaik saya. Pertama kali kami saling mengenal di bangku SMA. Waktu
terus berlalu dan menghanyutkan kami dalam sebuah persahabatan yang penuh
cerita.
Tak jarang ia dijadikan lawakan
oleh teman-teman yang lain karena penampilannya yang nyuklun dan kadang nyentrik. Tapi otaknya cerdas. Ia termasuk salah
satu siswa pandai di sekolah kami. Apalagi jika sudah berbicara tentang hal
yang ia kuasai. Saya selalu merasa tidak memiliki cukup kata untuk
mendeskripsikan pribadinya.
Kami sering menghabiskan waktu
bersama, terutama saat pulang sekolah di sore hari. Waktu itu rumah kontrakan
saya jauh, dan kadang saya tidak memiliki cukup uang untuk naik angkot.
Akhirnya ia lah yang setia menjadi sopir pribadi megantarkan saya hingga di
depan pintu rumah.
Senja itulah yang selalu saya
kenang. Ketika mengantarkan saya, ia selalu menceritakan banyak hal. Tentang
masalah-masalah yang sedang ia hadapi saat itu, tentang sahabat dan cinta
pertamanya, hingga cita-cita besarnya di masa depan. Kami selalu berbagi banyak
hal.
Yang mengejutkan, ternyata
dulunya ia lumpuh. Ia tak bisa berjalan dan menggunakan kedua kakinya seperti
orang kebanyakan. Jika saya tak salah ingat, ia banyak menghabiskan waktunya di
kursi roda. Suatu sore ia diajak ‘jalan-jalan’ keluar rumah oleh kakeknya.
Tentunya bukan berjalan-jalan dalam arti sebenarnya karena ia tidak bisa
berjalan, kakeknya mendorong kursi rodanya dari belakang.
Saat itulah ia bertemu dengan
seekor anjing. Anjing itu mulai menyalak dan mengejar keduanya. Kakeknya
berlari dan meninggalkan Tekad sendirian. Tekad yang saat itu sangat ketakutan
spontan beranjak dari kursi roda dan berlari. Ya, berlari kawan-kawan ! Padahal
lima menit sebelumnya ia masih lumpuh.
Entah kekuatan apa yang
menggerakkannya kala itu, yang jelas semenjak saat itu ia tumbuh menjadi orang
yang kuat, pantang menyerah dan selalu percaya bahwa jika kita memiliki kemauan
(baca : Tekad) yang kuat, maka Allah akan memberikan kemudahan jalan bagi kita.
Dia benar-benar membuktikan
kata-katanya. Keyakinan dan keoptimisannya tentang suatu hal melebihi cara
teman-temannya meyakini hal yang sama. Seperti saat kami berdua harus
tertinggal di Magetan saat sahabat-sahabat kami pergi ke luar kota untuk
mengikuti bimbingan belajar persiapan seleksi masuk perguruan tinggi.
Kami ‘tertinggal’ bersama
beberapa orang lainnya karena kami tak memiliki cukup uang untuk ikut bimbel
waktu itu. Bersama Tekad, kami berinisiatif membuat rencana bimbingan belajar
sendiri di sekolah, dengan bantuan beberapa guru sebagai mentor dan
perpustakaan sekolah sebagai pusat literatur sekaligus markas berkumpul kami.
Di situlah kami berbagi
inspirasi, tentang cita-cita perguruan tinggi, karya karya yang akan kami
hasilkan, hingga negara-negara yang akan kami kunjungi di masa yang akan
datang. Energinya begitu positif. Tak ada satupun dari kami yang tak yakin
bahwa masa depan akan benar-benar ada dalam genggaman kami. Tak ada seorangpun
yang bisa menghentikan kami.
Waktu berlalu dan Tekad berhasil
menggenggam impiannya untuk kuliah di IPB. Dari kabar yang saya dengar, Ia
aktif menulis karya ilmiah, serta masih aktif mengikuti kegiatan keislaman (Rohis
Kampus). Penelitiannya disukai profesor-profesor dari beberapa negara dan saat ini
ia sedang bersiap untuk bertolak ke luar negeri untuk melanjutkan studinya.
Ia benar-benar mengabulkan do’a
yang tersemat dalam namanya, Tekad Urip. Hidupnya diwarnai dengan tekad kuat
dan kerja keras. Jika orang hanya akan menuai apa yang ia tanam, maka ia sedang
panen saat ini. Tapi saya yakin ia tak akan berhenti sampai di sini. Tekadnya
akan terus tumbuh dan menginspirasi.
Saat ini ingin sekali saya
menghambur memeluknya, salah satu sahabat terbaik saya. Mengucapkan selamat dan
melepas kepergiannya ke negeri orang. Atau jika kami tak bisa membunuh jarak
ini, paling tidak saya bisa sms atau meneleponnya. Tapi saya menahan diri. Saya
akan membiarkan kerinduan ini terjaga dalam kotaknya.
Hingga tiba saatnya nanti, kami
akan bertemu di sudut kecil salah satu gang di Kota Bogor, tempat kami berjanji
bahwa hidup tak boleh hanya sekedar berlalu tanpa isi. Tempat di mana kami
memendam pandora yang berisi do’a dan impian masa depan, yang akan kami buka
tepat lima tahun dari sekarang. Seperti yang pernah kami janjikan lima tahun
lalu.
Ingatkah kau sahabat ? “laki-laki
tak pernah ingkar janji”
Tekad ya, padahal banyak orang salah paham pada sosoknya. Ternyata bgt masyaallah luar biasa.
ReplyDeleteTekad ya...padahal begitu banyak orang yang salah paham terhadap sosoknya. Padahal begitu masyaallah luar biasa. Sukran sdh berbagi utk diambil pelajaran
ReplyDelete