MENJADI PEMBELAJAR SEJATI





“tugas seumur hidup manusia adalah belajar"

- Reza Yoga ( 2010 ) -








Saya suka mengamati hal-hal yang ada di sekelililng saya, tapi jangan bayangkan saya adalah peneliti yang mendefinisikan berbagai fenomena melalui metodologi yang ilmiah. Saya hanya suka melihat, mengamati, dan mengambil kesimpulan saya sendiri tanpa ada kesan ilmiah sama sekali. Kebanyakan adalah hal yang kecil dan sepele. Saya suka mengamati bagaimana seorang sales rokok elektrik bisa membius teman-teman saya di UAKI (unit aktivitas islam di kampus yang seluruh anggotanya sepakat bahwa rokok itu haram)dengan retorikanya yang sangat persuasif, saya suka mengamati ibu pemulung yang selalu mengajak anaknya untuk memulung di areal kampus, dan hal kecil dan sepele yang lainnya.


Saya tidak tahu dengan anda, tapi saya belajar banyak dari hal-hal yang saya amati di atas. Dan prosesnya jauh lebih menyenangkan daripada hanya mendengarkan dosen di dalam kelas. Memang apa yang saya dapatkan bukanlah teori-teori seperti yang bisa saya dapatkan dari buku teori komunikasi atau buku teori sejenis lainnya, akan tetapi dari “proses pengamatan” yang saya lakukan, saya dapat langsung membandingkan antara teori yang biasanya sangat ideal dengan realita yang sifatnya lebih relatif.


Di banyak pelatihan motivasi yang saya ikuti, ada beberapa hal yang terus ditekankan berulang-ulang. Salah satunya adalah bahwa tugas seumur hidup manusia adalah belajar, dan proses pembelajaran dapat dilakukan di manapun dan kapanpun. Definisi belajar tidak dapat dibatasi oleh dinding-dinding sekolah dengan deretan meja dan kursinya. Pun tidak terbatas oleh lembaran-lembaran kertas rangkuman maupun buku diktat.


Belajar tidak terbatas oleh mata pelajaran, mata kuliah, maupun silabus-silabus pendidikan. Memaknai kehidupan juga merupakan sebuah proses pembelajaran, merenung tentang kehidupan juga merupakan sebuah proses pembelajaran. Dari proses tersebut kita akan mendapatkan pelajaran berharga yang tidak kita dapatkan selama di ruang kelas.


Belajar bukan hanya dominasi mata, telinga, otak dan “indera-indera fisik” yang lainnya. Belajar juga merupakan pekerjaan hati. Apalagi jika kita sedang belajar mengenai kehidupan, belajar tentang nilai-nilai kemanusiaan dan nilai-nilai spiritualitas. Ini sekaligus menjadi jawaban mengapa moral generasi muda Indonesia terus terpuruk, padahal pelajaran agama, moral, dan pendidikan kewarganegaraan menjadi mata pelajaran wajib bahkan hingga anda duduk di bangku kuliah. Jawabannya adalah, mereka (atau bisa jadi ‘kita’) tidak menggunakan hati untuk mempelajari nilai-nilai kemanusiaan yang diajarkan.


Saran singkat saya untuk anda yang ingin menjadi pembelajar sejati : gunakan hati anda untuk mempelajari lautan ilmu yang membentang di sekitar anda. Happy studying.