Break The Wall Down


Apa yang kita inginkan berbanding lurus dengan usaha dan pengorbanan yang harus kita keluarkan


-Reza Yoga (2010)-



Pernahkah anda merasa sangat menginginkan sesuatu, tetapi anda tidak kunjung mendapatkannya ? atau selalu mendapat halangan ketika anda berusaha meraih sesuatu ? kalau anda pernah mengalami kejadian tersebut, saya malah sering. Kalau sudah begitu siapa yang biasanya kita salahkan atas kegagalan yang terjadi ? siapa yang kita salahkan atas munculnya hambatan di tengah usaha kita dalam meraih impian kita ? Tuhan. 

Saya bukan sedang mengajak anda untuk bersama-sama membenci Tuhan yang telah memberikan kehidupan yang indah ini. Saya hanya berusaha jujur terhadap kenyataan bahwa kita terlalu sering menyalahkan Tuhan atas cobaan yang muncul di peta kehidupan kita. Saya tahu betul karena saya pernah mengalami hal tersebut. Tapi itu dulu, sebelum saya mengerti kenapa saya harus menerima segala hambatan tersebut. 

Kita sering lupa bahwa cita-cita yang besar menuntut pengorbanan yang besar. Apa yang kita inginkan berbanding lurus dengan usaha dan pengorbanan yang harus kita keluarkan. Rumus ekonomi kehidupan yang sederhana, mudah dipahami, tapi sering dilupakan. Semakin besar keinginan atau cita-cita kita, semakin besar pula usaha dan pengorbanan yang harus kita berikan. 

Suatu ketika seorang adik tingkat mengeluh pada saya mengenai mahalnya biaya pendidikan yang harus ia keluarkan demi meraih cita-citanya sebagai seorang sarjana. Secara sepihak dan tanpa memberitahu siapapun, ia memutuskan untuk berhenti setelah sempat sebulan mengicipi bangku kuliah. Ia tidak tega pada orang tuanya yang harus banting tulang untuk membiayai kuliahnya. Ia tak ingin lebih membebani orang tuanya yang sudah terlanjur terlilit utang jutaan rupiah yang digunakan untuk biaya masuk universitasnya dulu. 

Menurut saya tak ada yang salah dengan impiannya. Melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi akan membuka lebih banyak kesempatan, dan menghidupkan optimisme untuk mendapatkan kehidupan yang lebih layak di masa yang akan datang. Tapi ia menyerah terlalu cepat. Ia menganggap bahwa kendala biaya adalah sebuah tembok besar bertuliskan “kubur impian anda”. Tembok itu juga  memaksanya untuk memutar arah dan mencari ‘impian baru’ dengan tembok yang lebih kecil. 

Padahal melalui tembok itu, Tuhan hanya ingin melihat seberapa besarkah kita menginginkan hal tersebut ? kalau kita benar-benar menginginkannya, kita akan mencari tahu bagaimana cara merubuhkan dan melewati tembok tersebut. Dulu saya pernah mengalami situasi serupa. Maksud hati duduk di bangku kuliah tapi apa daya dompet tak sampai. Tembok itu terlihat sangat besar dan jelas di depan mata saya.

Tapi saya sadar saya harus menghancurkan tembok itu, saya terus memutar otak agar saya bisa tetap kuliah. Kemudian saya bekerja, mencari beasiswa, dan melakukan hal lain yang dapat membantu saya untuk menghancurkan dinding penghalang antara saya dan impian saya. 

Sekarang, tembok tersebut sudah runtuh. Saya berada di tempat yang jauh lebih baik. Berbagai kesempatan terbuka lebar di depan saya. Saya telah meyakinkan Tuhan bahwa saya benar-benar menginginkan ini dan akan berusaha maksimal untuk meraihnya. 


Akhirnya saya mendapatkan sebuah pelajaran berharga bahwa ketika Tuhan memberikan cobaan, Ia tidak sedang membenci kita. Ia hanya ingin melihat sejauh mana kita menginginkan hal tersebut dan sebesar apa kita mau berkorban untuk menebus sebuah kesuksesan. Jadi berhati-hatilah, karena hanya dengan modal prasangka baik kepada Nya, anda akan meraih kesuksesan dan optimisme berkepanjangan.

2 comments:

  1. selalu ada tembok yang harus kita lalau ketika kita ingin mendapatkan impian baru kita, apakah tembok itu mudah dirobohkan atau sangat sulit itu tergantung dengan usaha kita.
    nice artikel gan...,
    ku tunggu tulisan berikutnya...

    ReplyDelete
  2. opportunity cost za namanya, dan bisa diincludekan dalam rumus herfindal yang juga bisa ditransformasikan ke kurva Philip,
    memaknai kehidupan: )

    ReplyDelete