Ein schönen Urlaub (asyik…!!!)


Seperti hari-hari sebelumnya, malang kembali diselimuti awan hitam. Langit pagi yang biasanya dihias semburat jingga nuansa fajar, kini gelap terselimut awan abu-abu. Namun bukan hal itu yang membuatku malas melepaskan selimut yang membalut tubuhku. Badanku yang capek tidak karuan lebih kusetujui untuk menjadi alasannya. Ada sedikit perasaan berdosa pada diriku karena telah memforsir daya tubuh ini untuk melakukan berbagai aktivitas dan beberapa rutinitas yang harus kujalani.

Mulai dari menempuh hampir 5 jam perjalanan Magetan-Malang pada awal pekan. Sebuah perjalanan yang tak bisa disebut sebagai perjalanan yang menyenangkan karena aku terpaksa duduk di jok paling belakang mobil jenis panther. Kemudian harus bekerja menjadi operator sebuah warnet yang terkadang mengharuskanku untuk terjaga sepanjang malam. Jarak antara tempat kerja dan rumah kontrakanku yang tak bisa dikatakan dekat juga telah berhasil memprovokasi kedua kakiku untuk protes apabila mereka kuajak untuk menempuh perjalanan pulang kerja dengan jalan kaki. Mengikuti beberapa aksi solidaritas untuk Palestina yang terkadang harus tetap dilaksanakan walau di tengah-tengah serangan ribuan tetes air yang diluncurkan oleh Yang Maha Kuasa dari langit.
“…Saudara-Saudara kita di Palestina sekarang sedang dihujani dengan roket dan peluru…”
walaupun disuarakan dengan suara serak (yang terdengar seperti iklan obat batuk), kata-kata itu berhasil membuat seluruh peserta aksi tak beranjak dari aksi yang sedang mereka gelar. Belajar lebih giat agar siap menghadapi UAS yang tinggal beberapa hari dilaksanakan, dan agenda agenda lain yang harus diselesaikan.

Bah…! Memikirkan apa yang telah kulakukan selama satu minggu pun membuat fikiranku ikut-ikutan capek. Aku rasa, istirahat seharian menjadi agenda terakhir yang ‘harus’ diselesaikan tubuhku akhir pekan ini. Bermalas-malasan di tempat tidur kupilih sebagai cara untuk memanjakan diri dalam rangka mengistirahatkan jiwa dan raga. Kupesankan pada teman-teman satu kontrakan bahwa aku sedang tak ingin diganggu siapapun. Sebelah mataku bahkan belum sempat terpejam saat seseorang mengucapkan salam di pintu depan rumah.

“Assalamu’alaikum”suaranya khas, membuatku dengan mudah mengenali siapa gerangan yang ada dibalik pintu.

Suara bass dengan logat daerah Indonesia timur yang tidak terlalu kental berhasil meyakinkan aku bahwa si pemilik suara adalah Akh Fajar. Asalnya dari Ternate, sekarang sedang menyelesaikan S1 di Universitas Brawijaya, dan yang paling penting ; orang luar jawa paling ramah yang pernah kukenal !!!

“pinjem helmnya 2 dong akh…” rupanya ia sedang mampir untuk meminjam helm.

“eh…mas Fajar, pagi-pagi gini mau kemana akh ?” kusempatkan untuk menemuinya.

Selain untuk memberikan helm yang ia minta, juga untuk memanjakan hatiku yang jadi tentram kalau sedang bertemu dengan orang yang ramahnya gak ketulungan.

“mau berenang nih, Reza mau ikut tha?” lansung terlintas di otakku ; dengan kondisi kesehatanku seperti ini ? NO !!!

“asyik lho, soalnya tempatnya bagus,ga usah bayar, rame-rame sama temen-temen dari…bla…bla…bla…” kali ini pendirianku sedikit mendapat ujian.

“…bla…bla…bla…kalau sedang gak enak badan, ikut berenang aja, pasti jadi seger lagi”

“iya juga sih…”hatiku mulai mengiyakan setelah sebelumnya kuberikan jawaban-jawaban halus yang berindikasi penolakan.

Entah pelet apa yang dia gunakan selain keramahannya yang luar biasa, akhirnya aku mengiyakan tawarannya untuk ikut berenang di daerah pinggiran kabupaten Malang, walaupun aku tahu kalau kemungkinan resikonya hanya ada dua ;kalu badanku tidak bertambah fit ya tambah sakit. Segera kuambil perlengkapan berenang dari mulai peralatan mandi sampai vitamin c dosis (lumayan) tinggi untuk antisipasi kalau-kalau kondisi tubuhku tambah parah.
Setelah menghampiri beberapa orang yang telah berjanji akan ikut berenang bersama, kami berangkat ke tempat yang telah disepakatai sebelumnya untuk menjadi tempat berkumpul. Disana telah berkumpul beberapa orang. Di antaranya ada beberapa orang yang kukenal. Ada akh Uun, ada juga mas arifin, mantan kakak kelasku waktu SMA yang telah lama tak kujumpai. Setelah saling bertukar salam dan sedikit basa-basi dengan obrolan yang mencairkan suasana kami tak lan gsug berangkat. Ada beberapa orang yang belum datang.

Setelah semua personil komplit berangkatlah kami ke tempat berenang di daerah gondang legi kabupaten Malang. Saat itu pukul 06:00 WIB. Kami sedikit ngebut agar bisa sampai di lokasi sebelum jam 07:00 WIB. Angin bulan januari di kota malang ternyata lebih dingin dari yang kuduga. Apalagi dalam kecepatan 80Km/Jam. Angin itu bagaikan menusuk tiap jengkal kulitku yang (padahal) tertutup jaket yang lumayan tebal. Jaraknya cukup jauh juga, keluar dari kota kami melewati jalan antar kota, sampai di kepanjen kami masuk lebih dalam melalui jalan kecamatan yang berliku-liku. Kami masuk semakin dalam hingga pemandangan yang bisa kami saksikan hanyalah pematang yang subur menghijau, menyegarkan setiap mata yang memandang.

Asyik juga dapat menyaksikan pemandangan yang sebelumnya kukira hanya dapat kujumpai di kotaku Magetan. Biasanya saat masih di magetan, aku akan mencari pemandangan seperti untuk kujadikan obat mujarab ketika badanku sakit tak karuan. Karena salah seorang yang kuhormati sebagai guruku di Magetan pernah berkata, obat yang paling mujarab untuk seluruh penyakit manusia adalah hati yang tenang, tentram, lagi bahagia. Nah…hal-hal itu dapat aku dapatkan (salah satunya)ketika dihadapkanku tersaji pemandangan seperti itu. Aku selalu dibuat kagum. Betapa Allah memang benar-benar Maha Kuasa. Hanya dengan izinnya lah keseimbangan alam ini dapat tercipta. Aku merasa kecil, karena sadar ada Dzat Maha Besar yang dapat menciptakan gunung sebesar itu, tanah selapang itu, hutan seluas itu, pemandangan seindah itu! Aku merasa lemah, karena sadar ada Dzat Yang Maha Mengatur keserasian alam. Menumbuhkan sawah-sawah di ladang, menurunkan hujan untuk menyuburkannya, menyinarinya dengan hangat sinar matahari untuk merawatnya. Semuanya demikian teratur, terorganisir dengan sempurna, membuat setiap orang yang memandangnya (seharusnya) sadar akan kekuasaan Allah Yang Maha Pencipta dan Maha Pemelihara. Penghambaanku selalu dapat mencapai titik tertingginya. Keyakinan terhadap Allah semakin bertambah, termasuk keyakinan bahwa semuanya berasal dari Allah dan akan kembali pada-Nya, bahwa sakit adalah sarana penghapus dosa. Entah bagaimana caranya keyakinan-keyakinan seperti itu dapat menciptakan antibody yang dapat melawan penyakit dalam tubuh.

Setelah hampir satu jam perjalanan, salah seorang dari rombongan memberikan kode bahwa kami hampir sampai, namun sebenarnya susah untuk dipercaya bhawa di tempat seperti ini ada kolam renang. Bukan apa-apa, lokasinya yang berada di desa, jalan yang masih terbuat dari tanah dengan hamparan sawah dan pepohonan yang rindang di kiri-kanannya cukup mendukung ke-sangsi-an ku bahwa di tempat tersebut ada kolam renang. Aku bahkan masih belum percaya bahwa ditempat itu ada kolam renang saat salah seorang anggota rombongan mengatakan bahwa rombongan telah sampai.

Benar saja, di depan kami mulai terlihat sebuah kolam. Subhanallah!!! Yang ada dihadapanku cukup membuat bibirku tak bisa mengatup selama beberapa detik. Sungguh indah pemandangannya!!! Sebuah kolam alami yang luas, dikelilingi pohon-pohon tua berumur puluhan bahkan ratusan tahun. Rindang sekali ! setelah memarkir kendaraan, kutebarkan pandangan ke sekeliling kolam. Suasananya teduh, lantai kolamnya masih berupa batuan alami. Airnya masih jernih, karena langsung berasal dari sumber mata air di dekat kolam. Sangat jernih sampai-sampai aku ingin langsung meminumnya. Disibelah selatan, beberapa meter dari kolam, terhampar pematang yang berkilau hijau memantulkan kesegaran musim hujan. Cahaya matahari berkilat-kilat menimpa aliran air sumber yang mengalir di samping kolam renang. Padahal di Kota Malang sedang mendung tebal, tapi disini tidak. Walaupun awan menutupi matahari, hangat cahayanya masih dapat kurasakan. Sedangkan jauh disana berdiri kokoh sebuah gunung yang sampai sekarang belum kuketahui namanya. Kukira aku sedang berada di surga.

Tak mau membuang waktu lebih lama, aku segera mengganti pakaianku dengan baju renang yang kupersiapkan dari rumah. Sampai di tepi kolam, aku tak langsung menceburkan diri ke kolam. Dingin sekali, tapi segar. Turun ke kolam langsung kudayungkan tanganku membuat badanku meluncur ke tengah kolam. Teman-teman yang lain pun menyusul. Setelah itu kami bermain air, ada yang belajar berenang, ada yang hanya diam karena kedinginan, macam-macam tingkah mereka. Aku lupa dengan segala pikiran yang selama ini terus membebani, lupa bahwa 2 hari lagi aku akan menghadapi UAS, lupa dengan tagihan listrik yang belum kubayar, dan yang paling penting serta aneh adalah ; Aku lupa bahwa aku sedang tidak enak badan ! sugesti itu benar-benar bekerja pada tubuhku. Pikiranku ringan bagai melayang, tubuhku segar kembali bagaikan tidak pernah sakit sebelumnya. Kukira aku akan melewati seluruh waktu liburanku dengan hanya bekerja dan bekerja, namun tanpa kusangka sebelumnya aku telah mendapatkan liburan terbaikku kali ini, dan seperti yang kukira sebelumnya, perjalanan ke kolam renang (yang bahkan belum kuketahui namanya) akan menjadi obat paling mujarab bagiku. Puas berenang selama 2 jam kami memutuskan untuk pulang, karena hawanya sangat dingin. Sebelum pulang, akh Fajar masih sempat berkata padaku “sabtu depan kita kesini lagi yuk …?” tentu saja kusambut dengan anggukan !!!

No comments:

Post a Comment