MENJAGA AIB

"Saat jari anda menunjuk aib orang lain, maka sisa jari yang lain akan menunjuk pada aib yang sama pada diri anda"

(Reza Yoga, 2016)





Seorang wanita datang kepada Hatim bin Yusuf untuk berkonsultasi mengenai suatu hal. Saat sedang bertanya, wanita tersebut tidak sengaja buang angin. Wajah wanita tersebut seketika memerah menahan malu yang teramat sangat. 

Hatim kemudian berkata "Bicaralah lebih keras, aku kesulitan mendengar suaramu". Hatim pura-pura tuli. Mendengar hal tersebut sang wanita merasa lega, hatinya tenang karena ia yakin Hatim tidak mendengar suara kentut nya tadi. 

Dalam versi lain, dikisahkan bahwa si wanita hidup hingga 15 tahun setelah kejadian tersebut dan selama 15 tahun itu pula Hatim berpura-pura tuli. 

Tentu kita pernah mendengarkan kisah tentang seorang raja dan seorang prajurit. Dalam kisah tersebut, sang prajurit berprestasi mendapat undangan kehormatan untuk makan malanm bersama sang raja dan para pimpinan kerajaan. Berasal dari desa terpencil membuat si prajurit merasa kikuk saat menghadiri perjamuan. Jamuan makan malam ala istana benar benar baru baginya. Hal memalukan pun terjadi,

Si prajurit meminum air kobokan yang ditempatkan dalam mangkuk emas. 

Para pembesar kerajaan mulai kasak-kusuk menertawakan kejadian tersebut. Saat sang raja mengetahuinya, ia kemudian mengangkat mangkuk kobokan seperti ajakan bersulang, kemudian meminumnya, persis seperti yang dilakukan prajurit. Sontak para undangan pun mengikutinya dan melakukan hal yang sama. Raja kemudian memulai topik pembicaraan baru dan selamatlah muka si prajurit. 

Di lain waktu, saat prajurit itu tewas dalam peperangan, mayatnya ditemukan sudah kaku sambil memegang sebuah liontin berukir, dengan nama sang raja terukir di atasnya. 

Masih banyak lagi kisah lainnya, beberapa diantaranya dicontohkan oleh Rasulullah SAW.

kisah yang mendorong kita untuk menjaga aib orang lain, menutupinya, dan menghindarkan si empunya aib dari rasa malu. Bukan malah menertawakannya, menggunjingkan dan menjadikan aib nya sebagai bahan olok-olok. Sungguh, saat telunjuk ini menunjuk pada aib orang lain, maka sisa jari yang lain sedang menunjuk pada kita, seolah mengingatkan bahwa kita punya aib yang sama, bahkan bisa jadi lebih buruk. 

Semoga bermanfaat. 

No comments:

Post a Comment