Mimpi


“Impian adalah alasan kita untuk bangun pada pagi hari”

 -reza yoga (2007)-








 

Pembicaraan mangenai mimpi selalu terasa menarik.  Paling tidak untuk saya. Saat membahas topik itu, saya seperti menemukan keasyikan tersendiri. Saya merasa seluruh kehidupan ini adalah tentang impian dan segala usaha yang kita lakukan untuk mewujudkannya. Kita tak perlu takut salah saat membicarakannya. Tidak ada dosa pada setiap impian yang ada di benak kita.


Saya adalah seorang yang suka bermimpi. Banyak hal-hal ajaib yang terjadi dalam kehidupan saya, dan semuanya berawal dari sebuah impian. Ajak saya berbicara mengenai mimpi, dan saya dapat berdiskusi 5 jam nonstop untuk membahas tema itu bersama anda.


Ini samua bermula ketika saya menjadi salah satu delegasi dari provinsi jawa timur untuk mengikuti pelatihan kepemimpinan OSIS tingkat Nasional yang diadakan di Bogor tahun 2007 silam. Sebelumnya saya tak menyangka bahwa acara tersebut akan memberikan pengaruh yang begitu besar dalam kehidupan saya. Akan tetapi saat masa pelatihan telah berakhir, dan kami diharuskan kembali ke daerah masing-masing, seolah-olah saya menjadi manusia yang baru saja dilahirkan kembali di dunia. Bukan sebagai manusia biasa, melainkan sebagai seorang pemimpi yang bertanggung jawab terhadap segala impiannya.


Satu per satu impian saya menjadi kenyataan. Mulai dari komunitas nasyid magetan, malanjutkan sekolah ke perguruan tinggi, menjuarai beberapa kompetisi, dan lain-lain. Walau beberapa di antaranya terdengar remeh di telinga orang lain, setiap impian tetap saja berharga bagi saya. Mimpi sekecil apapun dapat mendorong seseorang untuk melampaui batas-batas kemampuannya demi mewujudkan impiannya.


Pada salah satu sesi dalam acara pelatihan yang saya ikuti di Bogor tadi, setiap peserta diminta untuk menuliskan impian-impiannya di selembar kertas sebagai cetak biru peta impian mereka. Setelah itu setiap peserta maju ke depan ruangan dan menceritakan impian masing-masing. Impian mereka luar biasa. Ada yang ingin menjadi Presiden RI tahun 2030, ada yang ingin menjadi dokter internasional yang membuka praktek di 7 Negara, termasuk di antaranya Jepang, Amerika, Inggris, India, Ethiopia, dll. Pada saat tiba giliran saya untuk menceritakan impian-impian saya, tidak semua orang mengaggap serius apa yang saya sampaikan kala itu.


Salah satu yang dulu sempat dianggap remeh oleh teman-teman saya adalah : Membawa Ibu saya untuk berjalan-jalan ke Sumatra. Bagi sebagian dari anda, impian tersebut mungkin terdengar remeh, tidak penting, dan mudah dilakukan. Tapi bagi seorang mahasiswa yang demi menghidupkan impiannya untuk kuliah, harus bekerja sambilan dengan penghasilan pas-pasan seperti saya, hal itu bukan barang mudah.


Saya ingat saat saya masih kecil, saya adalah anak mama yang sangat dekat dengan Ibu saya. Kami senang untuk saling berbagi cerita. Cerita tentang apa saja. Saya selalu menceritakan semua hal yang terjadi pada saya selama sehari. Begitu pula Ibu saya. Hal itu menjadi kebiasaan kami hingga sekarang. Saking melekatnya kebiasaan itu, saya sering latah menceritakan ‘cerita harian’ saya pada teman sekamar saya di Kontrakan, (tak jarang juga kepada teman-teman kuliah, sampai bos saya di tempat kerja). Padahal saya tahu dia sama sekali tidak menganggap cerita saya sebagai sesuatu yang penting. Bahkan saat saya tahu bahwa dia tak mau mendengarkan cerita saya, mulut saya terus saja bercerita.


Dari sekian banyak hal yang diceritakan Ibu saya, ada satu hal yang tak berubah dari dulu higga sekarang. Yaitu keinginan Ibu saya untuk berpetualang menjelajah Sumatra. Ibu saya adalah seorang guru Bahasa Indonesia yang tergila-gila dengan Sastra. Saat saya hanya bisa mengeryitkan dahi tatkala melihat Taufik Ismail membacakan salah satu puisinya, Ibu saya dapat tersenyum sangat lebar dengan mata berbinar hanya gara-gara melihat sosoknya berdehem di atas panggung. 


Kebanyakan karya sastra yang digilai Ibuku ber-setting di daerah Sumatra. Oleh karena itulah Beliau sangat ingin pergi ke Sumatra. Menjengkal setiap pekarangan rumah Siti Nurbaya, merasakan ketegangan detik-detik tertangkapnya Saman di pedalaman Sumatra, atau hanya sekedar menikmati angin sepoi di tepi jembatan Ampera.


Suatu malam saya mendapati Ibu saya menangis di dalam kamar. Usia saya saat itu masih terlalu kecil untuk memahami masalah yang sedang menimpa beliau. Sambil mengintip dari celah pintu kamar, saya berfikir bahwa saya harus melakukan sesuatu untuk membut Ibu saya berhenti menangis. Yang terlintas saat itu hanya raut sumringah Ibu saya ketika menceritakan novel-novel sastra dan keindahan alam Sumatra yang menjadi latar tempatnya. Pada akhirnya, malam itu saya berjanji kepada diri saya sendiri untuk mengajak beliau pergi ke Sumatra berkeliling ke tempat-tempat indah yang disebutkan di banyak novel sastra Indonesia, demi membuatnya tersenyum.


20 Desember ini, Ibu saya berulang tahun. Tidak perlu saya sebutkan ulang tahun ke berapa. Yang jelas, saat saya melihat reminder di HP saya tentang ulang tahun Ibu saya, saya sadar bahwa waktu saya untuk memenuhi impian tersebut tak banyak lagi.


Ya, saat ini anda menyaksikan saya sedang bermimpi, dan saya yakin ALLAH telah memeluk impian saya. Sangat erat.


 

 

8 comments:

  1. amin..amin
    segala sesuatu diciptakan dua kali, dalam angan dan cita-cita lalu diwujudkan dalam realita.
    Met milad buat Ibuk Za..semoga beliau panjang umur, sehat dan gembira selalu. Semoga cita-cita mulia mu dikabulkan ALLAH SWT..amin

    ReplyDelete
  2. assalamu'alaikum...
    salam perjuangan di jalan dakwah..
    amin,, ana doakan untuk mimpi akhi.
    percayalah, inna allaha ma antum..
    allah pasti berikan yg terbaik untuk harapan2 semuanya.
    mimpi besar ana besarpun telah jadi kenyataan, ,,
    tak memandang harta,ato apapun, tapi jika allah ridha semua kan jadi nyata...
    berjuanglah demi mimpi antum

    ReplyDelete
  3. senang membaca mimpi antum Bro. saya juga punya banyak mimpi buat Ibu saya. kebiasaan kita hampir sama; sharing cerita dengan Ibu.betapa saya merindukan saat-saat itu.kelembutannya memberi kekuatan buat saya untuk terus bermimpi.

    ReplyDelete
  4. bismillah....karena instruksi dari antum an brani bermimpi, mumpung masih gratis yo?
    jazakkallah za
    skenario Allah tu sangat indah, dan yakinlah bahwa ketetapan Allah tu GAK Pernah salah bos
    mungkin dulu ini an gak berani bermimpi banyak, tapi subhanallah, an dah nyoret beberapa tinta hitam yg an tulis, bahkan beberapa kenyataan lebih an dapatkan dari apa yang an tulis, termasuk mimpi konyol (ngliat tabrakan)eh an alami sendiri tgl 31 Desember 2009 setelah pulang aksi "tobat nasional" gabungan alas(aliansi arek suroboyo)n KAMMI, sedikit lebih elegan sih daripada nabrak becak, hehehe

    ReplyDelete
  5. bagus sekali. barang mahal yang masih bisa kita dapatkan secara gratis : mimpi

    ReplyDelete
  6. begitulah mimpi, salah satu anugerah indah dari Sang Maha Kuasa..
    gratis, tapi mahal harganya..
    share link ya akh reza :
    http://putriirvanna.wordpress.com/2011/03/30/dahsyatnya-kekuatan-mimpi/

    ReplyDelete