hidup ini tak selamanya, dan kita menjalaninya di tengah berbagai hal yang tingkat ketidakpastiannya sangat tinggi kecuali satu : kematian, dan kehidupan kekal setelahnya.
-Reza Yoga (2013)-
Kita hidup dengan segudang
keinginan. Beberapa dari kita sangat serius dalam memenuhinya. Berbagai target
kita buat, mulai dari yang besar hingga yang kecil. Mulai dari jangka pendek,
menengah, hingga jangka panjang. Setelah target ditentukan, kita buat strategi
pencapaiannya step by step dan
mulailah kita melangkah untuk mewujudkannya.
Persiapan yang matang mutlak
diperlukan untuk mencapai hasil yang maksimal. Begitu pula dengan target-target
yang telah kita susun dalam hidup kita, butuh perencanaan matang dalam
menyusunnya. Rencana yang jelas ibarat sebuah peta yang akan menuntun kita
mencapai tujuan. Peta akan memberikan arah kemana kaki ini harus melangkah
terlebih dahulu, perkiraan waktu dan jarak tempuh perjalanan, yang nantinya
akan memudahkan kita untuk menentukan bekal apa saja yang harus kita persiapkan.
Detail itu akan memberikan rasa
aman untuk kita. Bayangkan saja, kita pasti akan lebih cemas ketika terjebak
dalam sebuah perjalanan yang tak jelas alamat tujuannya, berapa ongkosnya,
kapan kita akan tiba di tempat. Kita akan terus dihantui rasa khawatir,
jangan-jangan bekal kita tak cukup, jangan-jangan kita nyasar, jangan-jangan
kita malah sedang melangkah menjauhi tempat yang kita tuju ?
Akan tetapi seringkali kita merasa
terlalu percaya diri dengan segala persiapan yang sudah kita buat. Saat kita
memiliki persiapan yang matang, rencana yang detail dan bekal yang cukup, kita
sering lupa bahwa ada kekuatan yang jauh lebih besar dari kehendak kita, yang
memiliki kuasa untuk menentukan apakah kita layak sampai di tujuan atau tidak.
Seorang sahabat saya sudah menyiapkan segala
kebutuhan untuk memenuhi undangan pertukaran pemuda ke Luar Negeri. Saat itu
semua persiapan sudah selesai disiapkan, hanya tinggal menunggu
keberangkatannya saja. Di saat-saat terakhir menjelang hari keberangkatan
sesuatu hal terjadi dan memaksanya untuk membatalkan keberangkatannya saat itu.
Akhirnya ia harus berbesar hati untuk menerima kenyataan bahwa impiannya untuk
bisa pergi ke luar negeri harus tertunda.
Sahabat, tak ada satu orang pun
di dunia ini yang bisa memberikan jaminan kepastian atas terjadinya sebuah hal,
termasuk jaminan kepastian bahwa semua target kita akan tercapai. Kita sering
tak mengingatnya secara sadar. Kita sibuk bermimpi dan menyusun target hingga lupa
mempersiapkan satu hal yang pasti datang dan terjadi dalam hidup kita. Kematian,
dan kehidupan abadi yang akan kita jalani sesudahnya.
Bukankah setiap yang bernyawa
pasti akan mati ? lantas kenapa kita masih tidak tergerak untuk menyiapkan
kematian itu sebaik mungkin ?
Bukankah kehidupan setelah mati
itu kekal ? lantas kenapa kita masih tidak tergerak untuk menyiapkannya sebaik
mungkin ?
Nabi pernah bersabda bahwa “Sesungguhnya
segala perbuatan ditentukan bagian akhirnya.” Lantas apa yang sudah kita lakukan untuk
merancang akhir terbaik dari hidup kita ?
Kita begitu bersemangat ketika diminta
untuk bekerja lembur agar bisa mendapat promosi kenaikan jabatan, tetapi begitu
malas saat Tuhan meminta kita lembur ibadah di sepertiga malam terakhir demi
promosi pangkat taqwa di akhirat.
Rencana liburan keliling eropa kita
rencanakan dengan begitu detail hingga tak ada satupun tempat wisata yang rela
untuk kita lewatkan, sedangkan untuk berhaji kita siapkan ala kadarnya dengan
jatah tabungan dari gaji sisa.
Masa tua kita persiapkan matang dengan
rancangan dana pensiun yang berlimpah, tetapi kehidupan kekal kita di kampung akhirat
tak pernah dipersiapkan dengan bekal yang cukup.
Kita lebih sering lupa untuk menempatkan
akhirat sebagai tujuan. Sehingga tak pernah ada persiapan matang yang
mengiringinya. Padahal itulah tujuan yang kita pasti akan sampai padanya.
Kejarlah dunia, genggamlah di
tanganmu, karena memang pada dunia ada bagian-bagian yang memang disiapkan
untuk kita. Tapi pastikan capaian-capaian yang kita rencanakan itu juga turut
mengantarkan kita pada kesiapan menghadapi kehidupan yang lebih kekal.
Membangun kerajaan bisnis, tanpa
lupa untuk menjadikan sedekah sebagai pondasinya. Merajut karir tanpa lupa
untuk menjadikan ibadah sebagai nyawa sulamannya. Menjelajah dunia tanpa
melupakan safar-safar wajib yang harus
kita tunaikan sebelumnya.
Dunia ada di tangan, dan akhirat
ada di hati memberikan ruh pada setiap pekerjaan yang kita lakukan agar
bernilai amal shalih. Hal ini mudah diteorikan dan memiliki tantangan
tersendiri ketika diaplikasikan. Kita butuh untuk selalu dalam kondisi waspada
dan sadar, bahwa hidup ini tak selamanya, dan kita menjalaninya di tengah
berbagai hal yang tingkat ketidakpastiannya sangat tinggi kecuali satu :
kematian, dan kehidupan kekal setelahnya.
Tak heran jika Rasul menyebut
cerdas pada orang yang senantiasa ingat mati dan mempersiapkan bekal untuk
menyongsongya, karena ia orang tersebut sadar betul secara hakiki mengenai apa
yang pasti akan dihadapinya di masa depan.
Pada akhirnya, ini hanyalah
sebuah ajakan untuk mempersiapkan dan menyusun perencanaan hidup kita. Bukan hanya
kehidupan di dunia, tetapi juga kehidupan kita yang lebih kekal di akhirat
nanti.
Semoga kita dipertemukan di surge-Nya
kelak.
Dan jg akan ad akhir dri sbuh prencanaan.
ReplyDeleteBalasan kunjungn, hehe..:)
sip !
Deleteterima kasih sudah mau berkunjung ^__^
mas, itu yang kopas keliatan...di kopi dulu di notepad baru di posting, tar gak kelihatan...
ReplyDeleteiya dek, soalnya saya bikin di word, trus langsung di tempel di blog. biasanya gak gitu
Deleteheem mas
Deletesesungguhnya manusia itu merugi kecuali salh satunya yaitu orng2 yang mau saling menasehati dlm kebaikan (potongan surt Al-ashr). nice post semoga bisa menjadi intropeksi pembcanya.. salam kenal juga :)
ReplyDeletesip, semoga bermanfaat :)
Deletesemoga menjadi pengingat bersama,
ReplyDeletesemoga akhir yang kita cita-citakan adalah akhir yang khusnul khotimah,
semoga disetiap langkah yang kita kerjakan adalah amalan yang ditujukan untuk menggapai akhir yang syahid saat memperjuangkan agama-NYA. aamiin, insyALLAH.
karena hidup dan mati kita bukan untuk merebut hati siapapun tapi untuk merebut hatinya ALLAH.
terimakasih sudah diingatkan kembali.
amiiin, semoga bermanfaat
Deleteberawal dari akhir dan berakhir di awal..
ReplyDeletesip
Delete