Ingatlah bahwa teko yang kosong tak
akan pernah bisa mengisi cangkir yang ada di sekelilingnya.
-Reza Yoga (2012)-
Dalam hidup kita, ada masa-masa di mana kita menjadi sangat produktif. Banyak karya yang bisa kita hasilkan, banyak pemikiran-pemikiran yang kita tuangkan, banyak muncul ide-ide segar nan kreatif, seolah begitu mudahnya mengalir dan tak terbendung. Semangat kita meletup-letup, tenaga kita menjadi berlebih seolah semua hal bisa kita kerjakan dan kita selesaikan saat itu juga.
Tapi sahabat, ingatlah kembali
bahwa selain masa-masa itu, ada masa di mana kita sangat letih. Pikiran seolah
buntu tanpa menghasilkan satupun gagasan baru. Fisik terlalu lemah untuk
mengerjakan hal-hal yang sudah menjadi tanggung jawab kita, sedangkan hati dan
jiwa menjadi kerontang tanpa bisa memberikan sentuhan magis pada setiap karya
yang kita hasilkan. Tanpa ruh.
Siapapun kita, penulis, penyair,
pegawai kantoran, bos perusahaan, seniman, pelukis, budayawan, agamawan bahkan
politisi sekalipun, pasti pernah mengalami dua kondisi di atas.
Beruntunglah orang-orang yang
hidupnya didominasi oleh situasi pertama. Selalu bisa memastikan bahwa diri ini
berada dalam kondisi segar dan penuh motivasi. Bisa menghidupkan ruh pada
setiap karya yang dihasilkan. Saat harus terpuruk oleh situasi, ia dengan mudah
bangkit dan bergerak melawan. Saat ia kering tanpa inspirasi, ia dengan mudah
bisa mengisi kekosongan jiwa dan kembali berkarya dengan full spirit.
Tapi tak semua orang memiliki
kemampuan untuk itu, dan diri kita mungkin saja termasuk di antara orang-orang
yang tak memilikinya. Ada sedikit nasihat yang mungkin bisa berguna buat diri
kita.
Jika anda berada pada kondisi
kedua, maka saran saya berhentilah sejenak. Bukan untuk diam dan hanyut dengan
keadaan, tapi untuk mengisi kembali semangat yang telah kosong. Proses ini memerlukan
waktu khusus dan keharusan untuk fokus. Ingatlah bahwa teko yang kosong tak
akan pernah bisa mengisi cangkir yang ada di sekelilingnya.
Jika kita ingin produktif,
menghasilkan karya yang memiliki cukup kekuatan untuk menyentuh jiwa, maka
pastikan bahwa kita selalu dalam keadaan on
mission. Jauh dari hal-hal yang tidak penting, senantiasa berada dalam
kondisi jiwa yang stabil , menjaga emosi dan kejernihan akal dan fikir.
Bagaikan muwashofat pertapa. Tapi memang kecerdasan spiritual inilah yang
menjadi salah satu kunci kesuksesan banyak orang yang ada sebelum kita. mari
kita lihat bagaimana Cak Nun, Sam Bimbo, dan seniman lain mewarnai aktivitas
penulisan karya dengan puasa dan tahajud. Banyak temuan lain yang membuktikan
bahwa karya-karya besar yang dihasilkan ilmuwan dunia dihasilkan pada
waktu-waktu magis – sepertiga malam terakhir.
Inilah yang akan kita nyawakan
pada karya-karya kita, sebuah kesadaran bahwa ada sebuah kekuatan di luar diri
kita yang memiliki kuasa untuk menentukan kemana kaki ini melangkah. Jika rasa
itu mulai pudar dan mengering, jangan memaksakan diri, berhentilah sejenak
untuk mengisi kekosongan jiwa dan ruhani, karena itu akan tercermin dalam
karya-karya kita.
Bukankah seekor katak pun selalu
berhenti sejenak sebelum melakukan lompatan yang lebih tinggi ?