BUKTI CINTA






"rejeki yang baik didapatkan dengan cara yang baik pula 
(Reza Yoga, 2015)"





"Saya lihat kamu orang yang religius, Kamu minum ?"

"Mohon maaf pak ?"

"Minum, alkohol, tahu lah"

"Tidak pak, saya tidak minum minuman tersebut"

"Kenapa ?"

"Sudah jelas haram pak"

"Kan cuma sedikit, tidak akan membuat kamu mabuk"

"Bagi saya sedikit atau banyak, yang haram tetaplah haram pak......."

"Kamu tahu, klien kita banyak yang dari jepang, mereka suka jika diajak minum. Pekerjaan kita Marketing , bukan sekedar menjual tapi lebih penting untuk menjaga agar kita bisa terikat secara emosional dengan klien. Sudah jadi kebiasaan di perusahaan ini, itulah cara kita menjamu klien, apa Anda bisa menyesuaikan diri dengan hal tersebut ?." Ujar HRD meneruskan kata-kata nya dengan pertanyaan pamungkas.

Pemuda yang ada dihadapannya hanya terdiam. Ia tahu pekerjaan ini amat penting baginya. Ia adalah harapan keluarga, dan pekerjaan ini adalah harapannya, setelah berkali-kali ditolak oleh banyak perusahaan. 

Ia bisa saja mengatakan "Saya bisa menyesuaikan pak" meskipun selanjutnya ia bisa saja tak melakukannya. Tetap menjauhi minuman keras yang jelas bertolak belakang dengan prinsip yang dianutnya. 

Tapi baginya, ini perkara prinsip. Tak ada toleransi sedikitpun. Ia yakin rejeki yang baik didapatkan dengan cara yang baik pula. Meskipun keluarganya membutuhkan, ia tak sampai hati jika harus menyuapkan rejeki yang didapatkan dengan cara yang tidak baik pada keluarganya. 

Sudah puluhan tes kerja ia jalani, tak satupun yang menjadi rejekinya. Padahal ia anak sulung, harapan dan tumpuan keluarga. Kondisi tersebut cukup memberinya alasan untuk mengatakan "Saya tidak punya pilihan lain"

Tapi baginya, inilah pilihan. Melepas prinsipnya dan mendapatkan pekerjaan, atau memegang prinsipnya dengan merelakan kesempatan bekerja di perusahaan tersebut. Akhirnya Ia memilih lapar, meskipun disekitarnya ada makanan, yang ia tahu bukan didapatkan dengan cara halal. 

Pintu ruang interview terbuka perlahan. Pemuda itu keluar dan meninggalkan ruangan. Hanya butuh beberapa langkah dan air mata sudah hampir tak terbendung mengalir dari matanya. Bukan karena ia tidak mendapatkan pekerjaan tersebut, tapi karena alasan yang lebih mulia. 

"Ya Allah, semoga ini menjadi bukti cintaku pada-Mu" mungkin demikian batinnya dalam hati.

Ini adalah kisah nyata seorang sahabat SMA saya. Semoga Allah menguatkanmu kawan. Semoga jadi bukti cintamu pada Allah. Ingatlah, Allah akan menggantikannya dengan yang lebih baik.  

Syaikh as-Sa’di rahimahullah berkata, “Barangsiapa yang meninggalkan sesuatu karena Allah maka Allah akan menggantikan untuknya yang lebih baik darinya. Barangsiapa yang menundukkan pandangannya maka Allah akan menjadikan mata hatinya kembali bersinar.” (Taisir al-Karim ar-Rahman, sebagaimana dalam al-Majmu’ah al-Kamilah [5/409])