CANGKIR YANG CANTIK




Ujian hidup akan membuat kita menjadi manusia yang lebih cantik dan memancarkan Kemuliaan-Nya
-Reza Yoga (2011)-






Suatu ketika ‘hiduplah’ seonggok tanah liat. Ia begitu menyesali keadaan dirinya yang hidup di lingkungan yang sangat kotor. Tak menunggu waktu yang lama hingga sepasang pengrajin mengangkatnya dan menaruhnya di atas sebuah roda yang berputar. Kemudian pengrajin tersebut mulai memutar-mutar roda tersebut hingga tanah liat tersebut merasa pusing. Tak berhenti sampai di situ, pengrajin tersebut mulai memukul-mukul tanah liat itu hingga ia mengerang kesakitan.

Tanpa peduli dengan teriakan tersebut, pengrajin tersebut malah menaruhnya dalam sebuah perapian yang panasnya luar biasa. Tak ada yang bisa dilakukan oleh tanah liat tersebut selain menjerit kepanasan dan mengutuk si pengrajin. Saat ia dikeluarkan dari perapian, ia sempat mengira bahwa semua penderitaannya telah usai. Tapi ia salah. Kini ia berpindah ke tangan seorang wanita yang melumurinya dengan cat yang berbau sangat tidak enak. Dan terakhir, wanita tersebut memasukkannya kembali pada perapian yang lebih panas dari sebelumnya.

Setelah puas ‘menyiksa’ tanah liat tersebut, para pengrajin kini membiarkannya benar-benar dingin sambil meletakkannya di sebuah etalase kaca yang berhias cermin-cermin kecil. Di tempatnya yang baru tanah liat tersebut terperanjat kaget. Ia hampir tidak mengenali bayangan dirinya sendiri yang terpantul di cermin. Yang tampak di cermin bukanlah seonggok tanah liat, melainkan sebuah cangkir cantik yang bercat warna-warni. Indah sekali hingga membuatnya tak sanggup berkata-kata.

Cerita ini saya dapatkan saat saya mengikuti kegiatan Mentoring keagamaan yang saya ikuti di sekolah saya semasa SMA dulu. Cerita ini pula yang akhirnya menampar saya hingga saya tersadar dan bisa memahami mengapa Tuhan memberikan kehidupan yang berat untuk saya. Tak banyak yang tahu bahwa takdir memaksa saya untuk mengambil alih tanggung jawab sebagai kepala rumah tangga bersama ibu saya saat usia saya baru 15 tahun.

Tak banyak yang tahu bahwa saya harus bangun jam 2 pagi untuk membuat kue yang akan saya jual ke kantin-kantin sekolah untuk biaya sekolah saya. Tak banyak yang tahu bahwa kami sekeluarga pernah hanya memiliki dua potong singkong unuk jatah makan seluruh anggota keluarga selama sehari. Pahit, dan itu memberikan saya alasan untuk membenci Tuhan, menganggapnya hanya mempermainkan saya dalam kehidupan yang sudah diatur-Nya ini. Memaksa saya untuk mengutuk Tuhan setiap kali bangun dari tidur di pagi hari.

Saya kemudian sadar bahwa seperti itulah cara Tuhan membentuk kita. Ujian hidup akan membuat kita menjadi manusia yang lebih cantik dan memancarkan Kemuliaan-Nya. Cobaan tersebut memberikan kita ruang yang cukup untuk mempersiapkan diri dalam rangka menghadapi cobaan yang lebih besar. Inilah yang nantinya akan membedakan nilai masing-masing manusia.

Kini saya yakin bahwa kejadian dan pengalaman masa lalu saya lah yang akan menjadi bekal saya dalam mengarungi hidup saya ke depan. Pengalaman-pengalaman luar biasa itulah yang menjadi pembeda antara diri saya dan orang lain. Dan jika saya bisa memaknainya dengan bijak, saya yakin hal itu bisa menjadi pemberat amal kebaikan saya di pengadilan-Nya nanti.

Jadi jika Anda sedang menghadapi ujian hidup, jangan berkecil hati, karena sesungguhnya Tuhan sedang membentuk kita. Pasti pahit, pasti sakit, namun jika semua proses itu usai, anda akan sadar betapa cantiknya Tuhan membentuk Anda.