(JANGAN) TAKUT BERMIMPI



"kita sama sekali tidak punya hak untuk mengatakan bahwa orang yang mimpinya tidak terwujud adalah orang yang gagal"

- Reza Yoga (2010) -






Sekali lagi saya akan berbicara tentang mimpi. Tema favorit saya, karena selama ini dari situlah saya mendapat semangat untuk melanjutkan hidup saya walau sesulit apapun. Dari impian-impian tersebut, saya belajar untuk bertanggung jawab terhadap pilihan-pilihan saya. Dari impian-impian tersebut, saya belajar untuk menata langkah saya menuju masa depan yang saya impikan. Dari impian-impian itu pula saya belajar bahwa tak ada yang tak mungkin di dunia apabila Allah telah berkehendak.


Begitu banyak hal yang saya dapatkan dari proses membangun sebuah impian. Padahal, itu belum termasuk kepuasan saat impian kita berubah menjadi kenyataan. Apalagi saat kita mendapati ternyata, tercapainya impian kita turut memberikan kebahagiaan dan manfaat untuk orang lain.


Akan tetapi tak sedikit orang yang takut untuk bermimpi. Mereka memilih untuk menjalani hidupnya dengan mengalir bersama arus. Orang-orang semacam itu tak mau menghiasi hidup mereka dengan butir-butir rencana yang terangkai dalam untaian cita-cita. Apa yang ada di depan, mereka anggap sebagai takdir yang harus dijalani dengan lapang hati. Hal itu tidak salah. Akan tetapi saya sendiri lebih suka menganggap bahwa pada masa yang akan datang, kita sebagai manusia mempunyai hak untuk menghiasinya dengan rencana-rencana dan mimpi-mimpi.


Tentu saja hanya Allah yang berhak menentukan hasil akhir dari semua rencana kita tersebut.


Bermimpi itu begitu mudah. Gratis. Siapapun, di manapun, kapanpun, dalam kondisi apapun bisa bermimpi (ingat, yang saya maksud bukan bunga tidur). Akan tetapi masih banyak orang yang takut bermimpi. Dalam pandangan saya, apa yang mereka takutkan bukanlah obyek (mimpi) nya. Orang-orang yang mengaku takut bermimpi sebenarnya takut pada konsekuensi yang harus mereka jalankan dalam rangka mewujudkan mimpinya.


Mereka membenci proses yang harus mereka tempuh demi mewujudkan impian mereka. Mereka tidak mau melewati batas-batas kemampuan diri mereka. Mereka tidak mau menekan diri mereka. Mereka tidak tahu bahwa sebenarnya semua itu akan meningkatkan nilai mereka sebagai manusia, dan tentunya membawa mereka selangkah lebih dekat dengan mimpi mereka.


Masih ada faktor pendukung. Beberapa dari mereka mungkin takut dengan konsekuensi sosial dari proses bermimpi. Ketika mereka bermimpi, dan menceritakan mimpi mereka pada orang lain, mereka merasa bahwa mereka harus, maksud saya benar-benar HARUS dapat mewujudkan mimpi mereka dan mempertanggungjawabkan mimpinya pada orang lain. Selama mimpi mereka belum terwujud, mereka akan merasa bahwa mereka adalah orang paling gagal sedunia.


Padahal tidak. Sama sekali TIDAK ! well, paling tidak itu menurut saya. Semua orang berhak bermimpi, dan semua orang memiliki peluang untuk ‘gagal’. Sebenarnya saya tidak suka kata gagal. Saya lebih suka memakai ‘mimpinya tidak terwujud’. Mengapa ? karena saya menganggap bahwa tidak terwujudnya mimpi seseorang sama sekali tidak menandakan bahwa orang itu gagal. Ingat ! Manusia berencana, dan Allah yang menentukan.


Jadi, kita sama sekali tidak punya hak untuk mengatakan bahwa orang yang mimpinya tidak terwujud adalah orang yang gagal. Itu adalah bagian dari keputusan Allah. Itu adalah keputusan terbaik yang sudah seharusnya diterima oleh orang tersebut.


Apabila saya boleh member saran pada anda yang masih takut untuk bermimpi, Bermimpilah ! karena Allah akan memeluk mimpi anda dan juga akan memberikan keputusan yang terbaik bagi jalan hidup anda. Satu hal yang agak susah, tapi harus anda lakukan adalah berbaik prasangka terhadap segala apa yang Allah tentukan. Jangan pedulikan teriakan orang lain. Jangan terbebani orang lain. Jadikan orang-orang di sekitar anda sebagai bagian dari impian anda. Satu prinsip saya yang ingin saya bagi dengan anda : anda hanya perlu mempertanggungjawabkan mimpi anda terhadap Allah dan diri anda sendiri, bukan pada orang lain.

Hiatus, dan masa sesudahnya


"salah satu aktivitas kecil yang membuat perbedaan besar antara manusia dengan monyet adalah menulis"

- Reza Yoga (2010) -





Selamat berjumpa kembali dengan Reza Yoga. Sudah sebulan lebih saya kehilangan semangat untuk ngeblog. Pertama saya sedang sakit. Asam lambung saya berlebih hingga tidak ada makanan atau cairan yang dapat masuk melalui mulut saya. Akhirnya saya harus dirawat di rumah sakit selama 6 hari, plus bedrest selama 6 hari.


Bedrest, karena pada hari di mana saya memutuskan untuk pulang dari RS, kadar trombosit saya turun. Singkatnya, saya pulang dengan gejala Demam Berdarah di tubuh saya. Itulah mengapa saya harus bedrest selama 6 hari.


Yang kedua, saya lagi kering inspirasi. Tak ada semangat menulis. tak ada gairah untuk ngeblog. Males Online, dan lain sebagainya. Mbah jiwo (dalam blognya) mengatakan bahwa kondisi seperti yang saya alami disebut dengan kondisi Hiatus. Bahkan secara ekstrim, saya berniat membongkar rumah saya ini untuk segera pindah ke rumah (baca : blog) baru. Atau saya tutup aja rumah saya ini untuk selamanya.


Tapi tak ada satupun dari niatan-niatan tadi yang terlaksana. Buktinya, sekarang saya sedang asyik menginjak-injak keyboard komputer tempat saya bekerja dengan jari tangan saya. Well, sebenarnya Semuanya berawal dari curhatan seorang teman saya.


Sebut saja Bunga (mungkin sekitar 20 tahunan). Dia curhat pada saya bahwa ia Takut Untuk Bermimpi. Saya jadi tertarik untuk membuat tulisan mengenai keberanian untuk bermimpi. (setelah sebelumnya saya telah menceritakan salah satu mimpi ’besar’ saya). Pada saat itulah semangat menulis saya tumbuh kembali. Saya jadi ingat dengan impian-impian saya yang berkaitan dengan dunia tulis-menulis.


Well, saya tidak akan membahasnya lebih jauh di sini. Bukan bermaksud untuk menunda-nunda, tetapi lain kali sepertinya menjadi waktu yang lebih tepat untuk mem-posting tulisan tersebut. Yang jelas, ada satu hal yang menjadi pegangan saya saat ini : salah satu aktivitas kecil yang membuat perbedaan besar antara manusia dengan monyet adalah menulis.