BAPAK


bahwa bisnis dalam skala kecil maupun besar bukan semata masalah untung atau rugi. Melayani dan menjadikan bisnis kita bermanfaat untuk orang lain. (Reza Yoga, 2015)



Bapak saya jualan bensin di depan rumah. Menjelang akad nikah saya, Bapak lebih sering gak jualan, karena sangat sibuk harus ngurus ini itu.

Suatu malam ada orang yang ketok pintu, rupanya pasangan suami istri yang kehabisan bensin. Sayang sekali Bapak sedang gak jualan bensin. Tidak ada stok sama sekali. Kemudian Bapak meminta mereka duduk dan menunggu sementara beliau keluar sebentar. Tak lama Bapak sudah kembali membawa sebotol bensin. Ternyata beliau pergi mencari penjual bensin terdekat (yang bagi saya jaraknya cukup jauh).

Dihitung dengan rumus ekonomi Bapak saya rugi, gak dapat selisih harga, tapi keluar tenaga dan waktu demi mendapatkan bensin untuk orang yang tidak ia kenal dan belum tentu menjadi future customer. Tapi kemudian saya belajar, ada semangat yang ditularkan, bahwa bisnis dalam skala kecil maupun besar bukan semata masalah untung atau rugi. Melayani dan menjadikan bisnis kita bermanfaat untuk orang lain.

Apalagi jika dihadapkan pada keniscayaan bahwa sesungguhnya setiap detik kita sedang berbisnis dengan Allah SWT
“ Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca Kitab Allah dan mendirikan solat dan menafkahkan sebahagian daripada rezeki yang kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi.”(Fatir: 29)

Matur nuwun Bapak

MENJAGA AIB

"Saat jari anda menunjuk aib orang lain, maka sisa jari yang lain akan menunjuk pada aib yang sama pada diri anda"

(Reza Yoga, 2016)





Seorang wanita datang kepada Hatim bin Yusuf untuk berkonsultasi mengenai suatu hal. Saat sedang bertanya, wanita tersebut tidak sengaja buang angin. Wajah wanita tersebut seketika memerah menahan malu yang teramat sangat. 

Hatim kemudian berkata "Bicaralah lebih keras, aku kesulitan mendengar suaramu". Hatim pura-pura tuli. Mendengar hal tersebut sang wanita merasa lega, hatinya tenang karena ia yakin Hatim tidak mendengar suara kentut nya tadi. 

Dalam versi lain, dikisahkan bahwa si wanita hidup hingga 15 tahun setelah kejadian tersebut dan selama 15 tahun itu pula Hatim berpura-pura tuli. 

Tentu kita pernah mendengarkan kisah tentang seorang raja dan seorang prajurit. Dalam kisah tersebut, sang prajurit berprestasi mendapat undangan kehormatan untuk makan malanm bersama sang raja dan para pimpinan kerajaan. Berasal dari desa terpencil membuat si prajurit merasa kikuk saat menghadiri perjamuan. Jamuan makan malam ala istana benar benar baru baginya. Hal memalukan pun terjadi,

Si prajurit meminum air kobokan yang ditempatkan dalam mangkuk emas. 

Para pembesar kerajaan mulai kasak-kusuk menertawakan kejadian tersebut. Saat sang raja mengetahuinya, ia kemudian mengangkat mangkuk kobokan seperti ajakan bersulang, kemudian meminumnya, persis seperti yang dilakukan prajurit. Sontak para undangan pun mengikutinya dan melakukan hal yang sama. Raja kemudian memulai topik pembicaraan baru dan selamatlah muka si prajurit. 

Di lain waktu, saat prajurit itu tewas dalam peperangan, mayatnya ditemukan sudah kaku sambil memegang sebuah liontin berukir, dengan nama sang raja terukir di atasnya. 

Masih banyak lagi kisah lainnya, beberapa diantaranya dicontohkan oleh Rasulullah SAW.

kisah yang mendorong kita untuk menjaga aib orang lain, menutupinya, dan menghindarkan si empunya aib dari rasa malu. Bukan malah menertawakannya, menggunjingkan dan menjadikan aib nya sebagai bahan olok-olok. Sungguh, saat telunjuk ini menunjuk pada aib orang lain, maka sisa jari yang lain sedang menunjuk pada kita, seolah mengingatkan bahwa kita punya aib yang sama, bahkan bisa jadi lebih buruk. 

Semoga bermanfaat. 

BUKTI CINTA






"rejeki yang baik didapatkan dengan cara yang baik pula 
(Reza Yoga, 2015)"





"Saya lihat kamu orang yang religius, Kamu minum ?"

"Mohon maaf pak ?"

"Minum, alkohol, tahu lah"

"Tidak pak, saya tidak minum minuman tersebut"

"Kenapa ?"

"Sudah jelas haram pak"

"Kan cuma sedikit, tidak akan membuat kamu mabuk"

"Bagi saya sedikit atau banyak, yang haram tetaplah haram pak......."

"Kamu tahu, klien kita banyak yang dari jepang, mereka suka jika diajak minum. Pekerjaan kita Marketing , bukan sekedar menjual tapi lebih penting untuk menjaga agar kita bisa terikat secara emosional dengan klien. Sudah jadi kebiasaan di perusahaan ini, itulah cara kita menjamu klien, apa Anda bisa menyesuaikan diri dengan hal tersebut ?." Ujar HRD meneruskan kata-kata nya dengan pertanyaan pamungkas.

Pemuda yang ada dihadapannya hanya terdiam. Ia tahu pekerjaan ini amat penting baginya. Ia adalah harapan keluarga, dan pekerjaan ini adalah harapannya, setelah berkali-kali ditolak oleh banyak perusahaan. 

Ia bisa saja mengatakan "Saya bisa menyesuaikan pak" meskipun selanjutnya ia bisa saja tak melakukannya. Tetap menjauhi minuman keras yang jelas bertolak belakang dengan prinsip yang dianutnya. 

Tapi baginya, ini perkara prinsip. Tak ada toleransi sedikitpun. Ia yakin rejeki yang baik didapatkan dengan cara yang baik pula. Meskipun keluarganya membutuhkan, ia tak sampai hati jika harus menyuapkan rejeki yang didapatkan dengan cara yang tidak baik pada keluarganya. 

Sudah puluhan tes kerja ia jalani, tak satupun yang menjadi rejekinya. Padahal ia anak sulung, harapan dan tumpuan keluarga. Kondisi tersebut cukup memberinya alasan untuk mengatakan "Saya tidak punya pilihan lain"

Tapi baginya, inilah pilihan. Melepas prinsipnya dan mendapatkan pekerjaan, atau memegang prinsipnya dengan merelakan kesempatan bekerja di perusahaan tersebut. Akhirnya Ia memilih lapar, meskipun disekitarnya ada makanan, yang ia tahu bukan didapatkan dengan cara halal. 

Pintu ruang interview terbuka perlahan. Pemuda itu keluar dan meninggalkan ruangan. Hanya butuh beberapa langkah dan air mata sudah hampir tak terbendung mengalir dari matanya. Bukan karena ia tidak mendapatkan pekerjaan tersebut, tapi karena alasan yang lebih mulia. 

"Ya Allah, semoga ini menjadi bukti cintaku pada-Mu" mungkin demikian batinnya dalam hati.

Ini adalah kisah nyata seorang sahabat SMA saya. Semoga Allah menguatkanmu kawan. Semoga jadi bukti cintamu pada Allah. Ingatlah, Allah akan menggantikannya dengan yang lebih baik.  

Syaikh as-Sa’di rahimahullah berkata, “Barangsiapa yang meninggalkan sesuatu karena Allah maka Allah akan menggantikan untuknya yang lebih baik darinya. Barangsiapa yang menundukkan pandangannya maka Allah akan menjadikan mata hatinya kembali bersinar.” (Taisir al-Karim ar-Rahman, sebagaimana dalam al-Majmu’ah al-Kamilah [5/409])